RAHASIA DI BALIK KEKUATAN MENULIS
Oleh: Salsabila Firdausy
Universitas Gadjah Mada
Diikutkan Dalam Lomba Menulis Artikel Tingkat Nasional
Keterampilan menulis seharusnya dikuasai oleh setiap manusia modern. Sejak lahirnya manusia ke muka bumi ini, kegiatan menulis langsung melekat sebagai salah satu kebutuhan dasar. Tanpa kemampuan menulis seorang manusia akan tertinggal dibanding manusia lainnya. Apalagi di masa modern dan era globalisasi saat ini, setiap orang mutlak harus memiliki kemampuan menulis. Namun ternyata, sebagian besar masyarakat, bahkan sarjana, guru, atau pun dosen kurang tertarik menulis. Padahal, menulis memiliki manfaat yang teramat besar dalam membangun kemajuan sebuah generasi.
Seorang politikus Amerika, John Taylor pernah mengatakan bahwa pena adalah alat yang paling berbahaya dan jauh lebih tajam daripada pedang. Seorang novelis Inggris, Bulwer Lytton juga mengatakan bahwa di bawah kekuasaan orang-orang besar, pena lebih berbahaya dibandingkan pedang karena kekuatan pedang hanya mampu melukai tubuh namun kekuatan pena akan mampu mengobrak-abrik sejarah dan peradaban manusi.
Selain itu, dengan menulis sebetulnya kita sedang membuat lembaran sejarah hidup kita. Menulis merupakan kegiatan mengekspresikan perasaan dan pikiran. Menulis dapat dijadikan sarana mengungkapkan kegembiraan, kemarahan, atau pun kekecewaan karena sesuatu yang seseorang alami, seseorang rasakan, dan seseorang pikirkan.
Benjamin Franklin, salah seorang presiden Amerika Serikat pernah mengatakan, “Jika Anda tidak ingin dilupakan orang segera setelah Anda meninggal, maka tulislah sesuatu yang patut dibaca atau berbuatlah sesuatu yang patut diabadikan dalam tulisan”. Jadi jelaslah sudah, bahwa dengan menulis, berarti kita sedang mengukir sebuah sejarah. Sedangnya yang tidak tertulis, hanya menjadi cerita kosong dan dongeng belaka. Sejarah dan ilmu pengetahuan tak akan pernah sampai pada generasi berikutnya tanpa tulisan. “Ikatlah ilmu dengan tulisan,” demikian kata Ali Bin Abu Thalib.
Setelah mengetahui bahwa menulis memiliki manfaat yang teramat besar dalam membangun kemajuan sebuah generasi, bahkan mampu mengobrak-abrik sejarah dan peradaban manusia, lantas apa yang menghalangi kita untuk berkarya dalam dunia tulisan? Ikut mewarnai peradaban, dan mengukirkan nama kita pada lembaran-lembaran sejarah?
Sungguh sangat disayangkan, sampai saat ini kegiatan menulis belum menjadi budaya di kalangan masyarakat kita. Fakta membuktikan bahwa kemampuan menulis siswa SD, SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi masih sangat rendah. Bahkan, yang memprihatinkan banyak mahasiswa yang menyelesaikan tugas akhir yang dipersyaratkan dengan membelinya dari orang lain.
World Bank di dalam salah satu laporan pendidikannya, "Education in Indonesia - From Crisis to Recovery" (1998) melukiskan begitu rendahnya kemampuan membaca dan menulis anak-anak Indonesia. Hasil studi dari Vincent Greanary, menyatakan bahwa siswa kelas enam SD di Indonesia berada di urutan paling akhir dengan nilai 51,7 setelah Filipina (52,6), Thailand (65,1), Singapura (74,0) dan Hongkong (75,5) (Supriyoko, MLI.wordpress.com). Data tersebut menunjukkan kemampuan membaca dan menulis siswa kita memang buruk dibandingkan siswa dari negara-negara lainnya.
Indikator lain yang menunjukkan rendahnya minat menulis di Indonesia adalah minimnya jumlah penerbitan buku. Dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang dan angka melek huruf (literacy) yang mencapai 86%, Indonesia semestinya merupakan lahan penerbitan buku yang sangat subur. Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat dalam satu tahun terbit sekitar 75 ribu buku. Sedangkan di Indonesia, jumlahnya kurang dari 10% dari jumlah ini, yaitu sekitar 5000 – 6000 buku tiap tahunnya. Padahal antara Indonesia dan Amerika jumlah penduduknya tidak jauh berbeda yaitu melampaui 200 juta jiwa. Data tahun 2004 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Amerika adalah 294 juta jiwa, sedangkan jumlah penduduk Indonesia 238 juta jiwa (Zaqeus, 2005: 9).
Kedua indikator tersebut, menunjukkan bahwa minat dan kemampuan menulis bangsa Indonesia begitu rendah, jauh dibandingkan negara – negara maju lainnya. Hal ini ternyata berkorelasi dengan tingkat kreativitas bangsa Indonesia itu sendiri. Kenyataan menunjukkan negara – negara maju yang minat menulisnya begitu tinggi, mempunyai kreativitas yang tinggi pula. Kondisi tersebut tentunya jauh berbeda dengan bangsa Indonesia yang kemampuan menulisnya relatif sangat rendah.
Di bidang riset misalnya, sadarkah kita bahwa penemuan – penemuan penting yang diakui dunia, sebagian besar ditemukan oleh bangsa – bangsa maju. Misalnya penemu telepon, Antonio Meucci yang berasal dari Italia, penemu bola lampu, Thomas Alva Edison yang berasal dari Amerika Serikat, penemu pesawat terbang, Wilbur dari Amerika Serikat, serta penemu mesin uap, James Watt yang berasal dari negara Inggris. Sementara bangsa kita hanya menjadi penonton karena tingkat kreativitas bangsa kita yang rendah. Salah satu faktor penyebab rendahnya kreativitas bangsa kita adalah rendahnya kemampuan membaca dan menulis. Hal ini menunjukkan bahwa ada kolerasi antara tingginya minat menulis dengan kreativitas suatu bangsa. Semakin tinggi minat menulis, kreativitas suatu bangsa akan semakin berkembang pula.
Kekuatan Menulis
Lalu apa sebetulnya rahasia di balik kekuatan menulis? Tahukah Anda bahwa dengan menulis kita mampu menjadi generasi yang cerdas dan kreatif?
Menulis merupakan salah satu cara meningkatkan kecerdasan. Semakin sering menulis, maka kecerdasan dalam berbahasa, kecerdasan dalam aspek intrapersonal dan interpersonal, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan berbagai kecerdasan lainnya terus berkembang tanpa henti. Menulis dapat merangsang otak kanan kita untuk mencari hal – hal baru untuk memperkuat materi tulisan, mempertajam perasaan, menumbuhkan rasa empati, meningkatkan sensitivitas, dan meningkatkan kreativitas (Ateng, http://francizateng.wordpress.com). Ketika pertama kali kita memulai menulis, kita pasti akan menemui banyak sekali kesalahan. Ketika kita terus mencoba, kesalahan akan tetap ada, namun jumlahnya semakin sedikit dan sedikit. Hal itu membuktikan bahwa dengan membiasakan diri dan terus berlatih menulis, kita akan semakin cerdas. Jadi bagi Anda yang enggan menulis berarti enggan meningkatkan kecerdasannya. Berarti pula bahwa Anda senang bertahan dalam kubangan yang menggerogoti kecerdasan.
Dalam bukunya Accidental Genius, Mark Levy menawarkan cara menjadi cerdas dengan menulis. Cerdas di sini merupakan proses kreatif untuk menuju pada pemikiran hebat, cerdik, logis, penuh inovasi-inovasi dan kreatifitas. Ia sangat yakin bahwa orang yang produktif dalam menulis akan menjadikannya cerdas, karena ia merasakan sendiri kemunculan ide-ide kreatifnya, briliannya dan geniusnya di saat ia menuliskan sesuatu bahkan tanpa sengaja, karena menulis mampu mengubah berbagai materi mentah dari pemikiran seseorang menjadi sesuatu yang sangat luar biasa.
Hal ini juga dibenarkan oleh seorang penulis terkemuka, Barbara. Barbara mengungkapkan bahwa “Menulis dapat merangsang pemikiran” (Zuhdi, http://zuhdi.wordpress.com). Ungkapannya tersebut menunjukkan bahwa melalui kegiatan menulis, akan muncul gagasan-gagasan yang sebelumnya belum terpikirkan karena ada rangsangan dari gerak tangan kita sendiri. Hal tersebut menunjukkan bahwa menulis mampu meningkatkan kreativitas. Maka cobalah dalam banyak kesempatan untuk merangsang ide-ide muncul dari otak kita dengan menuliskan sesuatu. Gerakkan tangan Anda, rangsanglah pikiran Anda untuk memunculkan ide-ide cemerlang, dan percepatlah menulis. Semakin cepat menulis maka semakin banyak ide yang akan dituliskan, semakin cepat menulis semakin terangsang ide untuk muncul, begitulah kata Mark Levy.
Munculnya suatu ide kreatif dan inovatif dikarenakan adanya usaha untuk memainkan peran otak yang memiliki potensi untuk dimunculkan. Jika otak diberi rangsangan misalnya dengan menulis, maka kemampuan otak untuk memunculkan ide – ide yang kreatif dan inovatif semakin terasah, sehingga memunculkan generasi bangsa yang kreatif dan mampu menjawab tantangan global. Masa depan umat manusia di abad 21, abad yang penuh ketidakpastian ini hanya dapat dihadapi oleh generasi kreatif, yaitu generasi yang berani menggagas hal-hal baru, original dan belum pernah ada sebelumnya. Bangsa yang mampu mengelola kreatifitasnya akan mampu mewarnai budaya global. Sedangkan bangsa dengan sumber daya alam melimpah tetapi gagal mengembangkan sektor kreatifnya akan semakin terpuruk.
Sedikit menilik negara Jepang. Sebagai negara dengan luas wilayah yang relatif kecil, disertai kondisi alam yang buruk di mana sering terjadi gempa bumi, mengharuskan Jepang untuk berpikir jauh ke depan dan kreatif untuk mengatasi semua masalah kehidupannya. Berkat kreativitasnya Jepang mampu melakukan terobosan-terobosan baru hampir di segala bidang kehidupan. Selain itu, Jepang juga mampu berkembang begitu pesat dalam hal industri dan teknologi sehingga menjadi salah satu negara pusat industri di dunia. Dan tahukah Anda bahwa salah satu rahasia dibalik kesuksesan negara Jepang adalah ketekunan membaca dan menulis.
Sejarah kemajuan negara-negara di dunia, seperti Jepang, Amerika, Korea dan negara-negara lainnya berawal dari ketekunan membaca, yang kemudian dituangkan dalam tulisan. Mereka tidak pernah puas dengan kemajuan yang telah dicapai sehingga mendorong mereka untuk terus membaca dan menulis.
Menulis Itu Mudah
Menulis bagi pemula memang tidaklah mudah. Sekali menulis belum tentu hasilnya seperti yang diharapkan. Namun, itu bukanlah penghalang untuk terus menulis. Jika gagal, cobalah lagi. Untuk menghasilkan tulisan yang baik dan bermanfaat, prosesnya memang tidak sekali jadi, diperlukan ketekunan untuk terus memperbaiki tulisan tersebut.
Untuk dapat menulis dengan baik seperti JK Rowling, Agata Christie, Stephanie Meyer, Andrea Hirata, Rudyard Kipling, dan Djenar Mahesa Ayu memang memerlukan proses. Jangan putus asa dan merasa bahwa Anda tidak mempunyai bakat. Thomas Alva Edison pernah mengatakan bahwa kesuksesan itu 1% intelegensia dan 99% tetesan keringat setelah mengalami kegagalan ribuan kali pada percobaan (Asmarie, http://blogdetik.com). Itu artinya, bakat yang dimiliki tanpa diimbangi oleh kemampuan untuk mengubah keadaan diri, niscaya tidak akan banyak berarti. Jadi pada intinya, kunci keberhasilan untuk dapat menulis adalah kemauan dan kerja keras. Kerja keras yang dimaksud bukan berarti kita harus bekerja membanting tulang setiap hari, melainkan menjaga kesuntukkan membaca ketika sedang membaca, dan kesuntukkan menulis ketika sedang menulis. Karena mengolah kata – kata pada dasarnya merupakan keterampilan yang dapat dipelajari dan dilatih. Orang yang hanya mempunyai kemauan untuk menulis namun tidak pernah melakukannya maka ia sama saja dengan bermimpi untuk memiliki mobil, tanpa ada usaha dan kerja keras untuk memilikinya (Stephen King).
Untuk dapat menulis dengan baik, kita juga harus mampu menjadi pendengar yang baik. Ibarat sebuah botol, untuk dapat mengisi gelas yang kosong, botol tersebut harus diisi air terlebih dahulu. Dalam bukunya The Power of Reading, Stephen Krashen mengemukakan bahwa seseorang yang terbiasa membaca mandiri akan mencapai tingkat melek huruf yang diterima dengan sendirinya (Leonhard, 2001). Jadi membaca sangatlah penting untuk dapat menulis dengan baik. Faktanya, mengapa anak yang cacat pendengarannya sulit berbicara dengan sempurna? Karena mereka tidak mendapat masukan untuk apa yang mereka perlukan. Sama halnya dengan menulis, buku merupakan masukan untuk tulisan yang baik.
Sebagian besar penulis pemula mengaku kesulitan untuk menemukan ide untuk ditulis. Padahal ide dan pikiran sebenarnya ke luar dari kepala kita sepanjang waktu. Jikalau kita memberikan jatah sedikit saja untuk menulis, menulis apa saja, meskipun tidak pernah terlintas apa yang seharusnya kita tulis, maka ide itu akan mengalir dengan sendirinya. Jadi, sebetulnya sangat mudah memunculkan ide untuk ditulis. Yang menjadi masalah hanyalah apakah kita memberi peluang bagi otak kita untuk dapat mengeluarkan ide – ide cermelang tersebut melalui menulis. Kita tidak perlu menunggu datangnya inspirasi, justru kita sendirilah yang harus menciptakannya.
Selain itu, menulis secara rutin dan sinambung, akan mendorong kita untuk terus menggali lebih dalam bagaimana cara menulis yang baik, penyampaian yang sistematis, dan gaya penulisan yang menarik. Tentu saja orang yang rajin menulis akan semakin mahir dalam mentransfer gagasan ke dalam bentuk simbol-simbol. Memang setiap orang yang bisa membaca pasti bisa menulis. Namun tulisan orang yang jarang menulis dengan tulisan orang yang terbiasa menulis pasti memiliki perbedaan. Perbedaan ini bukan dalam konteks kerapian atau banyak sedikitnya kesalahan ketik. Namun lebih pada kelugasan bahasa.
Jadi, kunci untuk dapat menulis dengan baik adalah berani mencoba, dan membiasakan diri terus berlatih menulis, menulis, dan menulis.
Penutup
Jelaslah sudah bahwa menulis sangatlah mudah. Menulis juga mampu meningkatkan daya kreativitas dan mampu membentuk generasi yang cerdas dan mandiri. Maka jika Anda telah menetapkan motivasi dan tujuan menulis, jangan ditunda lagi. Segeralah menulis. Jangan tunggu sampai besok untuk menulis. Saat ini adalah saat yang tepat bagi Anda untuk menulis. Ide ada di mana saja, segera tangkap dan wujudkan dalam tulisan. Marilah kita sebagai generasi bangsa senantiasa terus berusaha mengolah kata menjadi berharga, baik untuk diri sendiri maupun orang lain melalui kegiatan menulis. Jadikan menulis sebagai kesenangan, menulis sebagai berbicara, menulis sebagai kebebasan, menulis sebagai hidup, dan menulis sebagai sarana berbagi. Mulai detik ini, jadikan rahasia kekuatan menulis ada pada diri Anda.
0 comments:
Post a Comment